TEATERISU#1 NENEK MOYANGKU SEORANG PELAUT
Nenek Moyangku Seorang Pelaut
Teater Indonesia Membaca Peta Performativitas Budaya Maritim Nusantara
Ketika kita sepakat dengan Indonesia atau Nusantara sebagai satu kesatuan maritim, adakah perkembangan teater kita beririsan dengan alur kemaritiman itu, baik geografis maupun kultural? Bagaimana teater menjalin relasi dan mengambil bagian dalam narasi nenek moyang kita yang orang laut itu?
Ketika kita makan sepotong ikan laut, kita tengah mengonsumsi sepotong hasil dari mata rantai panjang yang berujung pada kebudayaan maritim. Dari sepotong ikan lain, kita terkoneksi dengan pasar ikan, lelang ikan, kebijakan kelautan, otot-otot yang menarik jala, perayaan petik laut, ritual memanggil ikan, budaya tutur, nyanyian laut. Ruang-ruang budaya maritim menggelar berbagai performativitas yang imbasnya mengalur bukan hanya di wilayah pesisir, namun hingga ke ruang-ruang kota pedalaman dan desa pegunungan. Peta budaya maritim bukan hanya guratan laku orang laut dan pesisir, namun mengalur hingga ke pedalaman dan pegunungan.
Peta performativitas budaya maritim Nusantara membentang dari laku tubuh orang laut, mengalir dalam distribusi ekonomi hasil laut, menyenggol politik dan regulasi kelautan, berkhidmat di berbagai ritual laut dan sistem kepercayaan, beresonansi dalam nyanyian dan narasi sastra tutur, memvisualkan diri dalam berbagai corak dan warna perahu, bermukim dalam pola dan orientasi keruangan masyarakat pesisir, tergurat dalam berbagai simbol dan rupa yang bahkan digunakan oleh masyarakat pedalaman. Dari peta sejarah, narasi-narasi sejarah maritim Nusantara mempergelarkan kepada kita dramatika kejayaan dan keruntuhan, di samping peta-peta jalur pelayaran dengan berbagai dinamika dari ruang-ruang perdagangan, politik, kepercayaan, penjajahan, hingga perompakan. Di mana teater mengambil titik atau alur dalam bentangan peta-peta tersebut?
Teaterisu #1 akan mendiskusikan isu tersebut bersama dua pembicara/pemakalah dari disiplin yang berbeda: sejarawan dan sutradara teater. Kedua pembicara diharapkan membentangkan pembacaannya terhadap kemaritiman Nusantara dan mencoba menyingkap simpul-simpul yang mungkin mengaitkannya dengan teater: performativitas budaya maritim, dramatika narasi sejarah maritim, potensi-potensi artistik atau konseptual, kemungkinan keterkaitan ekosistem teater dengan ekosistem maritim, dan sebagainya.