MENUJU DRAMATURGI PANGGUNG SOSIAL
Teater dengan sendirinya adalah sebuah aktivisme sosial, dan manusia sebagai makhluk sosial adalah aktor yang memainkan berbagai peran dalam aktivitas sosialnya. Kesadaran semacam ini bukan hanya menjadi subjek dari kajian pertunjukan (performance studies), namun juga menjadi perbincangan dalam bidang sosiologi, antropologi, psikologi, linguistik, sejarah, folklor, lingkungan, dan lain-lain. Di Indonesia, kesadaran akan teater sebagai aktivisme sosial telah cukup lama mengejawantah dalam berbagai gerakan, baik dengan menggunakan aktivisme sebagai pintu masuknya maupun dengan basis seni pertunjukan. Berbagai kolektif aktivis dengan sadar melakukan gerakan dalam berbagai isu, seperti lingkungan, HAM, hukum, pangan, perempuan, dan marginalitas, dengan menggunakan teater atau performativitas sebagai media untuk menyampaikan aspirasi. Gerakan-gerakan ini sama-sama memosisikan ruang sosial sebagai panggung: panggung sosial. Ketika panggung sosial dimaknai sebagai perluasan panggung pertunjukan, bagaimana dramaturgi diaplikasikan dalam panggung yang luas itu? Apakah strategi aksi di panggung sosial bisa dimaknai sebagai perluasan dari dramaturgi panggung? Bagaimana dramaturgi bisa digunakan sebagai strategi untuk membaca wacana yang bergerak di masyarakat? Penastri dalam Teaterisu #5 akan membahas isu ini bersama Naomi Srikandi, seorang pekerja seni dan aktivis gerakan masyarakat sipil, serta Gita Hastarika, seorang periset seni dan aktivisme.